Sabtu, 07 Maret 2009

Jaga bumi kita dari sekarang

Setiap tahun kita memperingati tanggal 22 Mei sebagai Hari keanekaragaman hayati sedunia. Berbagai studi dibuat untuk mengkaji kondisi keanekaragaman hayati (kehati) di dunia oleh berbagi kelompok ilmuwan di berbagai negara. Berbagai kampanye dan pendidikan digelar untuk menyadarkan pada masyarakat tentang pentingnya kehati bagi manusia sekaligus mengingatkan kita terhadap laju kehilangan keanekaragaman hayati yang luar biasa di dunia. Hilangnya keanekaragaman hayati ini dapat menurunkan kapasitas kita untuk mempertahankan hidup di dunia.
Perubahan iklim adalah bahaya yang nyata menghadang kita sehingga menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan dan ekosistem bumi yang akan datang. Iklim merupakan cuaca jangka panjang yang melanda suatu area atau wilayah tertentu. Dampak tersebut dapat berupa hilangnya spesies sehingga dapat mengurangi Biodiversity suatu Negara termasuk Indonesia.
Beberapa faktor yang menyebabkan perubahan iklim yaitu pemanasan bumi yang tidak merata, adanya perubahan musim karena poros bumi (garis imajiner yang menghubungkan bagian kutub utara dan selatan yang miring), rotasi bumi pada porosnya, beberapa variasi jumlah panas matahari jangka panjang yang menimpa bumi, udara dan air dan juga yang tidak kalah penting kegiatan manusia yang meningkatkan polusi udara yang menyebabkan pemanasan global.
Perubahan iklim global telah berubah drastis dan menyebabkan perubahan pola cuaca yang membawa pengaruh buruk terhadap lingkungan dan alam sekitar. Hal ini juga menyebabkan berubahnya pola musim tanam yang merugikan petani karena sulit menentukan pembibitan, perkiraan panen, dan sebagainya, Jika tidak ada upaya pengurangan emisi, maka Bumi semakin panas. Oleh karena itu, hendaknya di hari kehati ini alangkah baiknya ikut berpartisipasi untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim dengan upaya eradaptasi dan mitigasi. Eradaptasi yaitu usaha untuk menanam pohon atau penghijauan, sedangkan mitigasi merupakan salah satu usaha untuk malakukan pengurangan terhadap efek gas rumah kaca dengan hemat energi dan lain-lain.
Beberapa bahan kimia yang dapat menyebabkan terjadinya efek rumah kaca yaitu uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), ozon (O3), metana (CH4), nitrooksida (N2O) dan kloroflorokarbon (CFC). Proses terbentuknya efek rumah kaca yaitu bergabungnya gas yang berbahaya diatas dapat menyebabkan sinar matahari, radiasi infra merah dan beberapa jenis radiasi ultraviolet dari matahari dapat menembus trofosfer. Permukaan bumi akan menyerap sebagian energi matahari lalu merubahnya menjadi bentuk gelombang radiasi infra merah yang lebih panjang dan nantinya akan kembali lagi ke trofosfer. Beberapa hawa panas akan lepas ke ruang angkasa dan yang lainnya akan diserap oleh molekul-molekul gas rumah kaca lalu dilepaskan kembali ke trofosfer dalam bentuk rasiasi infra merah yang akan memanaskna udara. Efek pemanasan natural dari trofosfer ini dikenal dengan efek rumah kaca.
Sekadar catatan, laju deforestasi dalam angka adalah sedikitnya 1,9 juta hektar per tahun (dalam lima tahun terakhir). Angka itu setara dengan luas enam lapangan sepak bola per menit. Bisa dibayangkan dengan waktu yang sesingkat itu kita kehilangan semua kekayaan yang kita miliki. Saat ini Indonesia telah kehilangan lebih dari 72 persen dari wilayah alam utuhnya dan 40 persen hutannya telah hancur sama sekali. Kegiatan semacam itu bisa lebih serius lagi jika mengingat tentang sebagian besar penebangan kayu di Indonesia illegal.
Perusakan hutan yang terus berlangsung, dan berlangsung dengan laju tinggi, bukan saja merusak bahkan dapat menghancurkan kelestarian hutan dan keanekaragaman hayati sehingga mengancam kepunahan semua makhluk hidup yang ada di dalamnya termasuk manusia. Pada gilirannya, kelestarian tanah itu sendiri juga akan terkikis, dengan hasil akhir berupa tanah kering, dan kita akan mengalami kekeringan. Tata letak dan letak geografi Indonesia membuatnya surgawi (menjadikan semuanya menjaid indah )jika dilihat dari sudut pandang lingkungan hidup. Dengan itu, kontribusi Indonesia bagi keanekaragaman hayati dunia tidak kecil. Tercatat bahwa Indonesia berada urutan ke tiga setelah brasil dalam hal keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh kita. Banyak flora dan fauna yang khas berasal dari wilayah Nusantara.

Seperti dicatat oleh National Geographic (2/99), spesies dunia yang tercatat adalah 1,75 juta, walaupun itu hanya yang dicatat resmi dan pasti di bawah realita. Maklum saja karena manusia masih memiliki keterbatasan dalam mengetahui dan menjelajahi alam. Manusia kini menghabiskan atau menggunakan hampir separuh produksi biologis permukaan Bumi. Didorong oleh keinginan yang tak ada habisnya dan ditopang oleh teknologi yang ditemukan, manusia benar-benar semakin agresif terhadap alam. Yang menjadi korban jelas keanekaragaman hayati sehingga membuat keberadaanya terancam karena habitatnya susut, dan selain itu terdegradasi. Kegiatan seperti pembalakan liar merusak lingkungan dan seiring dengan itu memusnahkan spesies penting. Ancaman bagi keanekaragaman hayati lainnya misalnya polusi baik itu tanah, air maupun udara.
Terkait dengan penyelamatan hutan dan lingkungan pada umumnya, alangkah baiknya jika pemerintah menerapkan aturan yang semakin ketat dan—di pihak lain—semakin sulit di tengah menggilanya komersialisasi hasil alam. Pemerintah hendaknya menindak tegas oknum yang terlibat dalam usaha untuk merusak keanekaragman yang kita miliki. Namun yang lebih memprihatinkan lagi memang meluasnya praktik ilegal dalam eksploitasi hasil alam.
Banyak manusia yang belum sadar akan pentingnya hutan bagi kehidupan. Mereka membabat habis semua yang dimiliki alam tanpa adanya rasa tanggung jawab untuk memperbaiki atau melestarikannya. Dengan hilangnya pohon yang ada di hutan dapat mengurangi kemampuan bumi untuk mempertahankan air, udara dan tanah.
Masih banyak kerja keras yang harus dilakukan untuk mengurangi derasnya laju kepunahan kehati. Mari bahu membahu agar paling tidak di tahun 2010 nanti, laju kepunahan spesies bisa sangat berkurang dan kita tetap dapat memelihara ekosistem sebagai penyangga kehidupan di bumi ini, sehingga kelestarian alam kita tetap terjaga dan kehidupan kita menjadi aman dan nyaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar