Sabtu, 07 Maret 2009

Ada apa Dengan Sampah

Sampah adalah hasil dari setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah sampah sesuai dengan tingkat konsumsi barang yang digunakan sehari-hari. Oleh karena itu jenis sampah tergantung dari jenis barang yang dikonsumsi, oleh karena itu sampah dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Sampah organik (sampah basah). Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dll. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami
2. Sampah anorganik (sampah kering). Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, dll. Sampah jenis ini tidak dapat terdegradasi secara alami.
Sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah basah, yaitu mencakup 60-70% dari total jumlah sampah. Dengan adanya fenomena yang seperti di atas sebaiknya diadakan pengelolaan sampah. Dalam mengelola sampah tidak bisa lepas dari ‘pengelolaan’ gaya hidup masyrakat. Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada jumlah sampah. Misalnya saja, kota Jakarta pada tahun 1985 menghasilkan sampah sejumlah 18.500 m3 per hari dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 25.700 m3 per hari. Jika dihitung dalam setahun, maka volume sampah tahun 2000 mencapai 170 kali besar Candi Borobudur (volume Candi Borobudur = 55.000 m3) [Bapedalda, 2000]. Biasanya cenderung bahwa kota metropolitan lebih banyak menghasilkan sampah dibandingkan dengan kota sedang atau kecil.
Beberapa alternatif yang bisa dilakukan pemerintah pada umumnya dan seluruh masyarakat Indonesia pada khususnya dalam usaha untuk mengelola sampah adalah (4R):
1. Reduce (Mengurangi); melakukan minimalisasi barang atau material yang dipergunakan. Sebab semakin banyak menggunakan material maka semakin banyak sampah yang dihasilkan.
2. Reuse (Memakai kembali); memilih barang-barang yang bisa dipakai kembali. Menghindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai langsung buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
3. Recycle (Mendaur ulang); barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
4. Replace ( Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Mengganti barang barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dnegan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidka bisa didegradasi secara alami.
Contoh sampah yang berbahaya diantaranya :
Sampah atau limbah dari alat-alat pemeliharaan kesehatan merupakan suatu faktor penting dari sejumlah sampah yang dihasilkan, beberapa diantaranya mahal biaya penanganannya. Namun tidak semua sampah medis berpotensi menular dan berbahaya (misalnya mengandung merkuri). Namun beberapa diantaranya serupa dengan sampah domestik atau sampah kota. Pemilahan sampah merupakan hal yang paling tepat dilakukan agar potensi penularan penyakit dan berbahaya dari sampah yang umum.
Beberapa hal yang bisa dilakukan dengan sampah :
1. Peneliti dan ahli lingkungan Badan Pengkajian dan Pengembangan Tekhnologi (BPPT) Henky Sutanto mengatakan sebenarnya sampah rumah tangga bisa diubah menjadi kompos yang berguna untuk tumbuh-tumbuhan di pekarangan rumah sendiri. Sampah-sampah organik dapat dijadikan kompos, vermi-kompos (pengomposan dengan cacing) atau dijadikan makanan ternak untuk mengembalikan nutirisi-nutrisi yang ada ke tanah.
2. Dengan adanya produksi pupuk kompos, dapat memperluas lapangan kerja dengan begitu kesejahteraan masayarakat bias meningkat.
3. Melakukan daur ulang sampah.
4. Pengurugan sampah.

· Berikut cara-cara yang dilakukan dalam pembuatan pupuk kompos :
Sampah basah (organik) bekas makanan-atau minuman sehari-hari dipisahkan dari sampah kering (anorganik) seperti kaleng, plastik, kertas. Sampah basah itu kemudian ditumpuk dalam sebuah lubang kecil di pekarangan rumah. Dalam jangka waktu tertentu bagian paling bawah dalam tumpukan tersebut bisa diangkat kemudian ditebarkan ke tanaman sebagai pupuk kompos.
· Manfaat penggunaan pupuk kompos :
Pupuk kompos dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki struktur tanah, untuk meningkatkan permeabilitas tanah, dan dapat mengurangi ketergantungan pada pemakaian pupuk mineral (anorganik) seperti urea. Selain mahal, urea juga dikhawatirkan dapat menambah polusi tanah. Ada juga cara lain untuk mengurangi jumlah sampah yaitu dengan dibakar, tetapi pembakaran sampah menghasilkan dioksin, yaitu ratusan jenis senyawa kimia berbahaya seperti CDD (chlorinated dibenzo-p-dioxin), CDF (chlorinated dibenzo furan), atau PCB (poly chlorinated biphenyl).
Hal tersebut tidaklah sulit untuk dilakukan dihalaman rumah yang luas, namun untuk yang halamannya sempit hal ini juga dapat dilakukan dengan cara :
Menurut Henky hal yang serupa bisa juga dilakukan dalam lingkungan kompleks. Sampah dari masing-masing rumah dikumpulkan dalam satu lokasi di dalam kompleks, yang dikhususkan menjadi Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Sampah kering dan sampah basah dipisahkan. Sampah basah kemudian ditumpuk. Dalam jangka waktu dua bulan, akan menjadi kompos. Kompos itu, bisa dibagikan ke setiap rumah yang membutuhkan pengganti pupuk untuk tanaman. Dengan begitu, persoalan samapah di lingkungan sekitar bisa teratasi secara kolektif.
Selama ini kita beranggapan bahwa sampah itu dapat menjadikan sarang penyakit, sumber bencana, mencemari lingkungan. Namun hal itu dapat diatasi apabila masyarakat sadar akan hal itu dan berusaha untuk mengelola sampah dengan baik. Untuk itu mulai dari sekarang disosialisasikan tentang pengelolaan yang baik untuk sampah yang menumpuk. Dengan pengelolaan sampah yang baik maka akan tercipta lingkungan yang ASRI, dapat menghemat tempat pembuangan sampah, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar